Psikologi Pendidikan: LAPORAN HASIL OBSERVASI
LAPORAN HASIL OBSERVASI
"MANAJEMEN KELAS SD NEGERI 067690"
"MANAJEMEN KELAS SD NEGERI 067690"
KELOMPOK 7
Reka Irayanti Sitanggang (161301096)
Iskandar Muda Nasution (161301104)
M Yoga Asmara (161301116)
Nazira (161301117)
Fitri Ramadani (161301139)
Dian Indah Pratiwi (161301153)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Masalah utama dalam upaya mengelola kelas
adalah siswa itu sendiri. Artinya pengelolaan kelas dilakukan tidak lain adalah
untuk meningkatkan dan mempertahankan gairah siswa dalam belajar baik secara
kelompok maupun individual.
Guru sebagai manajer utama di kelas harus
memahami bagaimana mengelola kelas yang baik dan efektif. Peran seorang guru
dalam pengelolaan kelas sangat penting, khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik.
Dalam lingkungan pendidikan, biasanya dikatakan
bahwa tidak seorang pun yang memerhatikan manajemen kelas (classroom) yang baik kecuali kelas menjadi ruwet. Ketika kelas
dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam
pembelajaran. Ketika kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa menjadi kacau dan
tidak menarik sebagai tempat belajar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana
profil atau gambaran umum SD Negeri 067690 ?
b. Bagaimana
proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri 067690 ?
1.3 TUJUAN
a. Untuk
mengetahui profil atau gambaran umum SD Negeri 067690.
b. Untuk
mengetahui bagaimana proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri 067690.
c. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
1.4 MANFAAT
Manfaat
bagi penulis yang di dapat dari penulisan ini adalah :
a. Menambah
wawasan mengenai manajemen kelas.
b. Memberikan
pengalaman tersendiri setelah melakukan observasi di SD Negeri 067690.
Manfaat
bagi orang lain adalah:
a. Menambah
wawasan bagi pembaca lain.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 IDENTITAS
SEKOLAH
Nama Sekolah :
SD Negeri 067690
NPSN :
10209935
Alamat :
Jalan Karya Jaya No. 56 Kel. Pangkalan Mansyur, Medan
Akreditasi :
A
Uang Sekolah :
Dana Boss
Konsep E-learning : Power Point
2.2
LANDASAN TEORI
2.2.1 Pengertian
Manajemen Kelas
Menurut Ahmad Sulaiman (1995), manajemen
kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan Kelas dan Siswa, menyebutkan bahwa manajemen
kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi
belajar yang optimal.
2.2.2 Tujuan Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif
mempunyai dua tujuan, yakni :
· Membantu murid menghabiskan
lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak
diorientasikan pada tujuan. Carol Weinstein (1997) mendeskripsikan jumlah waktu yang tersedia
untuk berbagai aktivitas kelas di sekolah menengah biasanya rata-rata 42 menit,
waktu belajar tahunan biasanya sekitar 62 jam, yang kira-kira hanya setengah
dari waktu yang diwajibkan. Meskipun angka ini hanya perkiraan, angka tersebut
menunjukkan bahwa jam yang tersedia untuk pembelajaran kurang dari yang
seharusnya. Manajemen kelas yang efektif akan membantu untuk memaksimalkan
waktu pengajaran dan belajar.
· Mencegah murid mengalami
problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan
tugas yang menantang dan memberikan aktivitas dimana murid menjadi kerap
terserap kedalamnya dan termotivasi untuk belajar serta memahami aturan dan
regulasi yang seharusnya dipatuhi. Dalam kelas seperti itu, kemungkinan murid
mengalami masalah emosional dan akademik kecil.
2.2.3 Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
2.2.3.1 Prinsip penataan kelas
·
Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang
·
Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat
semua murid
·
Materi pelajaran dan perlengkapan murid harus
mudah di akses
·
Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua
presentasi kelas
2.2.3.2 Gaya penataan
·
Penataan kelas standar
1. Gaya auditorium, semua murid duduk menghadap guru. Penataan
ini membatasi murid tatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya
auditorium sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi
presentasi di kelas.
2.
Gaya tatap muka (face to
face), murid saling mengahadap. Gangguan dari murid-murid akan lebih besar
pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.
3. Gaya off-set, sejumlah murid duduk
di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. gangguan dalam
gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan efektif untuk kegiatan
pembelajaran kooperatif.
4. Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk
U. Ini terutama efektif ketika anda ingin agar murid berbicara dengan anda
atau bercakap-cakap dengan anda.
5.
Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (biasanya 4 sampai 8
anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivita
pembelajaran kolaboratif.
·
Personalisasi kelas
Menurut pakar
kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan
kamar hotel, nyaman tetapi impersonal, tidak mengukapkan apapun tentang orang
yang menggunakan ruang itu. Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid,
karya seni, tugas, diagram tanggal lahir murid (untuk murid SD), dan ekspresi
murid yang positif.
2.2.4 Menciptakan Lingkungan Yang Positif Untuk Pembelajaran
2.2.4.1 Gaya manjemen kelas
·
Gaya manajemen kelas
otoritatif,
berasal dari gaya parenting menurut
Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang
cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerjasama dengan teman dan
menunjukkan perhargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas otoritatif
akan mendorong murid untuk menjadi pemikir dan pelaku yang independen. Guru
yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka.
· Gaya manajemen kelas
otoritarian,
gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban di
kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan
tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Murid dikelas yang otoritarian
ini cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif kreativitas, mengekspresikan
kekhawatiran tentang perbandingan sosial, dan memiliki keterampilan komunikasi
yang buruk.
· Gaya manajemen kelas permisif, memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak
memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau
pengelolaan perilkau mereka. Murid di kelas permisif cenderung punya keahlian
akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
2.2.4.2 Mengelola aktivitas kelas secara efektif
Manajer kelas yang efektif :
·
Menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”.
·
Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif.
·
Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
·
Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang
menantang.
2.2.4.3 Mengajak murid bekerjasama
Ada tiga strategi untuk mengajak murid
bekerjasama dengan guru.
·
Menjalin hubungan positif dengan murid.
·
Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban
tanggung jawab.
·
Beri hadiah terhadap perilaku yang tepat.
a Memilih penguatan yang efektif.
b Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
c Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk
mengontrol perilaku murid.
2.3
ALAT dan BAHAN
OBSERVASI
- Kamera Hp
- Notes
- Pulpen
- Permen (3 bungkus)
2.4
METODE OBSERVASI
Metode yang digunakan dalam observasi ini adalah:
·
Wawancara
Kami
melakukan wawancara dengan guru dalam masing-masing kelas. Pertanyaan yang kami
lontarkan adalah mengenai jumlah murid dalam satu kelas, apa saja yang
diajarkan guru serta kemampuan kognitif para murid.
·
Pengamatan
Pengamatan berlangsung di dalam kelas selama satu jam setengah.
Kelas yang diobservasi ialah kelas II-A dan kelas II-B. Dalam pengamatan ini,
kami mengamati bagaimana penataan kelas, gaya manajemen kelas, aktivitas kelas secara efektif, dan bagaimana guru dan
murid berinteraksi.
2.5
SUBJEK
PENELITIAN
29 orang murid kelas kelas II-A, 32 orang murid kelas kelas II-B.
2.6
JADWAL PELAKSANAAN OBSERVASI
Berikut merupakan susunan
pelaksanaan kegiatan observasi.
No
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
1.
|
Menentukan Sekolah
|
21 Maret 2017
|
2.
|
Mengajukan permohonan izin ke sekolah
|
21 Maret 2017
|
3.
|
Mengajukan permohonan surat izin ke fakultas
|
27 Maret 2017
|
4.
|
Menentukan kegiatan
|
28 Maret 2017
|
5.
|
Pemberian surat izin dari fakultas ke
sekolah
|
30 Maret 2017
|
6.
|
Pelaksanaan observasi
|
31 Maret 2017
|
2.7
HASIL
OBSERVASI
2.7.1 Hasil Wawancara
Hasil penelitian yang kami dapat dari wawancara
dengan guru kelas, bahwa kemampuan yang dimiliki anak sd kelas II
masih berada di tahap belajar membaca, menulis dan melakukan perhitungan yang
sederhana. Hampir seluruh murid di kelas
II ini masih mengeja dan tulisan mereka pun belum begitu rapi. Ibu guru juga
mengatakan bahwa dari total keseluruhan murid kelas II-A yaitu 29 orang, empat
orang diantara mereka merupakan calon yang tidak akan naik ke kelas
selanjutnya. Sedangkan guru pada kelas II-B mengatakan bahwa hanya ada satu
orang murid yang terancam tidak naik kelas. Menurut guru-guru tersebut, kelima
murid tersebut tidak memiliki kriteria untuk naik kelas. Kriteria murid yang
dimaksud ialah minimal dapat membaca dan menulis, namun kelima anak tersebut
kurang dalam hal membaca dan menulis sehingga terancam tidak naik kelas. Orang
tua dari kelima murid tersebut akan diminta datang dan diberi tahu mengenai
anaknya masing-masing sebelum ditentukan naik atau tidak ke tingkat yang lebih
tinggi.
2.7.2
Hasil Pengamatan
Pada satu ruang kelas digunakan untuk dua tingkat kelas SD
yaitu kelas II dan kelas III. Kelas yang kami amati ialah kelas II-A dan II-B. Kami
mengamati gaya
penataan kelas, kedua kelas yang
diamati menggunakan gaya klaster (cluster). Murid belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 6 anak. Dimana tidak ada perbedaan yang
diberikan, maksudnya ialah didalam satu kelompok belajar terdiri dari murid
perempuan dan laki-laki. Untuk personalisasi kelas, dinding ruang kelas sudah
dipenuhi dengan gambar-gambar seperti hewan, tumbuhan, foto presiden dan mantan
presiden, sayuran, media elektronik yang memberikan pengetahuan baru bagi para
murid. Dalam kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan dalam penataan kelas.
Susunan gaya klaster (cluster)
efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.
Dalam gaya manajemen kelas, guru yang
mengajar di kelas II-A ini lebih mengarah ke gaya manajemen kelas otoritarian. Gaya
manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus
utamanya adalah cenderung menjaga ketertiban di kelas. Gaya manajemen kelas otoritarian ini tidak
dilaksanakan setiap waktu, terkadang beliau juga melibatkan murid dalam
kerjasama give-and-take dan
menunjukkan perhatian kepada mereka. Bentuk perhatiannya seperti, beliau
memanggil murid nya satu persatu untuk diajari membaca dan juga mengajukan
pertanyaan dari yang dibaca murid. Sedangkan guru yang mengajar di kelas II-B
mengarah ke gaya manajemen kelas otoritatif. Gaya manajemen kelas otoritatif
tidak berfokus menjaga ketertiban kelas tetapi pengajaran dan pembelajaran. Sama halnya dengan guru yang otoritarian, guru otoritatif juga melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan sikap
perhatian kepada mereka. Gaya otoritatif akan lebih bermanfaat bagi murid
daripada gaya otoriter atau permisif. Gaya yang otoritatif akan membantu murid
menjadi pembelajar yang aktif dan mampu
mengendalikan diri.
2.8 EVALUASI
Berdasarkan dari hasil observasi diatas, sekitar lima murid terancam tidak naik kelas karena belum mampu membaca dan menulis. Ruang kelas yang digunakan bersama secara bergantian oleh kelas II dan III menyebabkan penataan kelas yang sesuai sulit dilakukan.
Guru yang mengajar di kelas II-A ini mengarah
ke gaya manajemen kelas otoritarian membuat murid dikelas II-A ini cenderung pasif dan hanya belajar menurut
tuntunan guru. Mereka juga sering kali ragu untuk berdiskusi dengan teman
sebelahnya. Kelebihannya ialah suasana di kelas ini tidak begitu ribut dan
cukup disiplin.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan dan uraian yang telah disajikan, maka berikut dikemukakan kesimpulan
observasi bahwa proses pembelajaran di Kelas II-A dan II-B SD NEGERI 067690
berjalan dengan efektif dan kondusif. Hal ini dikarenakan guru selalu
mempertimbangkan metode, model atau strategi yang tepat digunakan untuk suatu
materi pelajaran didalam proses belajar mengajar di kelas. Sehingga peserta
didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Manajemen kelas juga
sudah tersusun dengan baik, baik dalam tempat duduk maupun hubungan antara
siswa/i yang duduk berkelompok dalam proses belajar mengajar.
3.2
SARAN
Dari analisis observasi, kami kelompok 7 mempunyai beberapa saran
untuk SD Negeri 067690 Medan Johor khusus nya yang kami lakukan di kelas II-A dan II-B. Semoga saran ini dapat
bermanfaat bagi kelangsungan belajar mengajar di SD Negeri 067690 :
- Sebaiknya SD lebih menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga murid- murid nyaman dan senang dalam belajar.
- Adanya hubungan baik antara guru dan wali murid.
- Lebih bisa disiplin waktu dan bisa mengatur waktu yang efektif sehingga pembelajaran berjalan baik.
- Pengelolaan yang baik perlu di tingkatkan agar tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya.
- Lebih melengkapi fasilitas dan sarana prasarana pembelajaran sehingga bisa memperlancar proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock. John W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media Group.
Komentar
Posting Komentar